Monday, February 18, 2008

Kesaksian Jupiter

Kesaksian JUPITER

(dikutip dari tabloid wanita Indonesia Edisi 947)

Perceraian orang tuanya membuat Jupiter Fortissimo Jansen Talloga, bintang sinetron dan model ini masuk dalam dunia semu dan laknat.

Di pinggir kolam renang apartemen ITC Permata Hijau Tower A di lantai 8, Jupiter Fortissimo Jansen Talloga, 26, muncul. Wajahnya nampak cerah. Di bahu bergayut tas backpack, Tangannya memegang bibel yang bersampul kulit sapi, warna coklat. Ia baru saja pulang kuliah.

“Semenjak aku menceritakan kehidupanku yang kelam 17 Desember 2007. Hidupku jauh lebih tenang,” ujar pria kelahiran Jakarta, 3 Februari 1982

Mami Papi Cerai

Cerai, adalah kata yang paling aku benci. Karena perceraian inilah yang menjerumuskanku ke dunia yang kelam. Mamiku melahirkan 4 anak, aku anak ketiga. Mami beberapa kali kawin cerai. Sehingga, aku dengan saudara-sauadaraku, satu kandung, namun lain bapak.

Aku tak ingat, berapa tahun usiaku ketika Papi dan Mami bercerai. Yang jelas waktu itu aku belum sekolah, mungkin masih balita (bawah lima tahun). Namun, saat itu aku merasakan kesedihan. Waktu Papi dan Mami masih bersama, kami tinggal di Jakarta. Hingga suatu hari aku dan tiga kakak, dan 1 adik ikut dengan Mami untuk menetap di Medan. Kami tinggal bersama-sama orang tua Mami dan Tante. Di situ juga ada pembantu rumah tangga, dan dua orang pengasuh laki-laki, yang biasa aku panggil Oom.

Di masa itu, masih kuingat Mami bekerja keras untuk menghidupi aku dan saudara-saudaraku. Dia wanita yang kuat, bayangkan bolak balik Jakarta Medan, untuk menyambung hidup kami, bekerja di sebuah MLM (Multi Level Marketing) Walau sibuk, tiap minggu mami tak pernah lupa mengajak kami ke Gereja.

Pelecehan Seksual Itu

Kata banyak orang, sejak kecil, aku paling cute dibanding saudara-saudaraku. Sehingga banyak orang gemas dan ingin mencubit pipiku. Namun suatu hari sebuah kejadian menimpaku. Kejadian ini mempengaruhi perkembangan diriku di masa depan.

Saat Mami, pembantu rumah tangga, nenek dan Tante pergi. Ketika itu hanya ada aku dan saudaraku yang lainnya yang masih kecil. Kami semua dititipkan oleh para pengasuh. Aku masih ingat, saat itu aku tengah tidur siang, pengasuhku datang dan tidur di sisiku. Kemudian Ia mulai mengelusku dan lama-kelamaan terjadi pelecehan seksual padaku.

Waktu itu, aku masih terlalu kecil untuk mengerti apa arti dari perlakuannya itu. Aku juga tak cerita pada Mami atau pada orang lain. Aku pikir, perlakuan pengasuh itu sebagai ekspresi kasih sayang pria dewasa. Ia mendekatiku dengan penuh kasih sayang. Aku tak tahu apakah hal ini harus ditanyakan pada Mami. Lagipula, bagi anak sekecilku saat itu, perlakuan itu tidak kasar. Karena aku tak pernah bertanya dan diam saja, kedua pengasuh laki-laki itu menjadi sering melakukan pelecehan seksual. Setiap hal itu dilakukan padaku, aku merasa bahwa hal itu wajar.

Kalau ingat peristiwa ini saat ini, huekk! Aku ingin muntah dan marah. Iblis telah mengoyak-ngoyakku sejak aku balita.

Jatuh Cinta

Saat duduk di kelas 1 SMP, Mami mengajak aku dan saudaraku pindah ke Jakarta. Saat itu, aku tak tahu apakah aku harus bersyukur atau tidak jauh dari dua pengasuhku. Aku cuma menjalani kehidupan ini. Di Jakarta, dengan penampilanku yang lumayan, banyak teman wanita mendekati. Salah satunya menarik hati dan membuatku jatuh cinta. Kami pun pacaran.

Sebagai remaja, aku mulai berpikir dewasa. Aku kasihan melihat Mami banting tulang. Aku bertekad mencari uang sendiri. Dengan tampangku yang lumayan ini, aku mencoba mengikuti Pemilihan Coverboy di sebuah majalah remaja. Aku berhasil masuk finalis dan dari situ karirku mulai menapak. Dengan honor pemotretan dan acara-acara yang aku hadiri, aku bisa memiliki uang saku sendiri. Aku bahagia, karena bisa meringankan beban Mami.

Beberapa tahun setelah itu, aku mudah sekali mendapatkan uang. Tawaran main sinetron, film, iklan, mulai membanjir. Aku lupa diri. Aku habiskan uang itu, untuk senang-senang. Aku memang norak. Saat itu aku merasa butuh pengakuan kalau aku ini ‘oke’ dari teman-temanku. Tak heran aku berlaku royal sekali mentraktir teman-temanku untuk makan, minum, dan lainnnya.

Masuk SMA, aku makin ‘mabuk popularitas’, hingga kemudian terjerat narkoba . Aku mulai memakai ekstasi, berkenalan dengan dunia gemerlap, clubbing setiap minggu, hang out dari satu kafe ke kafe lainnya. Pergaulanku semakin bebas.

Saat itu aku memilih pindah dari rumah dan tinggal di apartemen, agar bisa hidup bebas. Uang dari hasil bekerja, aku habiskan untuk berfoya-foya di club-club di Jakarta, termasuk membeli ekstasi agar aku bisa lincah menari.

Saat clubing inilah aku bertemu dengan banyak kawan baru. Di sini juga aku mencoba pengalaman baru merasakan bebasnya melakukan seks. Bertemu teman baru di club, tertarik, suka sama suka, berkenalan, dan kemudian berlabuh di hotel untuk pesta seks. Jujur saat itu aku melakukan dengan siapa pun. Baik laki-laki atau perempuan.

Jujur, saat itu aku lebih suka berhubungan dengan laki-laki. Walau aku juga bisa berhubungan dengan perempuan. Setanbenar-benar membuat aku tak malu melakukan perbuatan dosa. Aku cuek saja. Bebas sebebas-bebasnya melakukan hal yang aku inginkan. Saat itu aku juga mulai sombong dengan pekerjaanku sebagai bintang sinetron. Kelakukanku yang suka clubbing dan menkonsumsi ekstasi, membuat aku sering telat ke lokasi syuting. Pesta seks semalam dan ekstasi membuat benar-benar bodoh.

7 Hari Berturut-turut di Diskotik

Tahun 2001, aku mulai sedikit berpikir. Sampai kapan aku begini? Entah mengapa kemudian aku melangkahkan kakiku ke gereja. Namun, seta menguasaiku kembali. Hanya sebentar ke gereja, aku terjerumus lagi. Bahkan lebih dalam. Ini karena aku berpikir bahwa aku tak akan sembuh dari orientasi seks homoseksual dan ekstasi. Ya sudah, aku nikmati dan jalani saja dosa-dosa ini. Aku tak peduli dengan Tuhan, agama dan moral.

Tahun 2002 Mami mulai mencium kegilaanku itu. Karena aku tak lagi merayakan Natal bersama keluarga. Saat Jumat, Sabtu, Minggu, aku clubbing di lantai dansa, dan selalu berujung di hotel untuk berpesta seks dan juga menikmati ekstasi. Aku cuma bisa menyalahkan perceraian Mami Papiku, dan meluapkan kemarahan pada dua pengasuhku dulu yang biasa aku panggil Om. Dialah awal malapetaka ini. Merekalah yang telah melukis dosa di tubuhku.

Tahun 2003, aku tak ikut merayakan Natal. Aku tak peduli. Aku asyik masyuk dengan dosa. Menikmati dunia gelapku, aku terus berkenalan dengan orang-orang baru yang bisa kuajak pesta seks. Bayangkan, aku bisa 7 hari berturut-turut di diskotik tanpa henti!

Tahun 2004, Mami datang ke apartemenku. Dia mencoba menasehatiku. Aku nggak peduli, malah aku mengusirnya. Tubuhku waktu itu benar-benar telah dikuasai setan. Namun, Mami tak pernah putus asa. Mami datang lagi saat di penghujung Desember, ia memberiku hadiah sebuah bible dari Eropa, harganya Rp 500.000,- . Tiba-tiba saja keharuan menyelimutiku. Ada perasaan sejuk saat itu. Aku meneteskan air mata, kupeluk mami. Kami berdua bertangisan.

Mami tak banyak berkata-kata. Namun dari bibel pemberian, ada banyak makna yang tersimpan. Aku tahu, Mami saat itu sedang susah. Namun, ia usahakan membeli bible mahal itu. Padahal aku tahu, Mami bukan tipe wanita yang romantis yang suka memberikan hadiah. Aku tersadar, Mami selama ini berdoa untukku. Berdoa agar aku tak tenggelam lebih jauh lagi.

Aku Takut Tuhan

Waktu itu aku belum berani membuka bible. Aku pikir, aku berlumur dosa tak pantas membuka buku suci itul. Hingga di tahun 2005, aku perhatikan bible itu, pelan-pelan aku buka, tiba di Korintus 6 ayat 9 Korintus 6 ayat 9. Janganlah sesat! Orang Cabul, penyembah berhala, orang berzinah, banci, orang pemburit, pencuri, orang kikir, pemabuk, pemfitnah, dan penipu tak akan mendapat bagian dalam kerajaan Allah.

Aku tercekat. Air mataku bersimah dengan derasnya. Apa yang disebukan di dalam kitab itu sebagian ada pada diriku. Aku tobat, mohon ampun pada Tuhan. Detik itu juga, aku berjanji tak akan lagi menikmati ekstasi, pergaulan bebas, homoseksual. Aku ingin mendapat bagian dalam kerajaan Allah.

Ternyata cobaan untuk ke arah Tuhan, sangat berat. Pergaulanku dengan orang-orang yang terjerat ekstasi tak bisa kuhindari. Aku sekuat tenaga menjauhi pergaulan bebasku.

Dengan kekuatan doa, bersyukurlah aku terbebas dari itu semua. Hanya saja, dampak ekstasi itu masih bersisa di tubuhku. Kini aku menjadi sering lamban berpikir dan pelupa. Bahkan syarafku sempat terjepit di punggung. Aku sampai terbongkok-bongkok bila berjalan. Kata dokter, kalau aku biarkan, aku bisa lumpuh. Beruntung aku bisa diselamatkan. Terima kasih Tuhan, Kau beri aku jalan.

Kuliah Rohani

Lambat laun pengaruh jahat dari ekstasi mulai lepas dariku. Aku kembali bisa berjalan tegap lagi. Aku juga makin giat ke gereja dan membaca kitab. Kakak-kakak rohaniku menyarankan agar aku kuliah Di Rhema Bibel Training, Cabang Amerika, di kawasan Daan Mogot, untuk belajar bible selama 2 tahun. Kuliah ini sangat kuperlukan agar rohaniku terus menerus disirami oleh Tuhan. Dengan begitu rohaniku akan terus terpantau. Sehingga aku tak akan balik lagi ke dunia yang gelap. Dulu di tahun 2001, aku sempat tobat, tapi karena tak terus menerus aku sirami. Aku kembali terjerat ekstasi dan pergaulan bebas.

Sekarang, aku benar-benar siap untuk menikah. Dulu aku sempat punya kekasih. Namun, aku tak berani menikah. Karena aku tak mau menyakiti hati istriku. Karena dalam kondisi aku seperti dulu. Berarti aku akan mengkhianati istriku, dengan tetap berhubungan dengan teman sejenis.

Ada beberapa wanita yang sekarang ini tengah kulirik. Kami sama-sama punya minat yang sama pada Agama. Aku berdoa, semoga aku mendapatkan istri yang sama-sama memperkuat rohani kami.

Di bulan Desember 2007 lalu, aku tiba-tiba dihubungi teman, untuk menggantikan Roy Marten yang waktu itu ditahan di Surabaya, untuk memberi kesaksian di hadapan mantan narapidana dan narkoba di Healing centre, Gedung wisma mulya, City plaza, tanggal 17 Desember 2007. Aku langsung menyanggupi. Waktu itu dalam pikiranku, aku akan memberikan kesaksianku telah lepas dari narkoba.

Tiba di acara itu, aku juga bertemu dengan Yoan tanamal dan Rony Sianturi. Saat itu, aku ingat: Yaqobus 5 ayat 16: Karena itu, hendaklah kamu saling mengakui dosamu dan saling mendoakan supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya.

Kesaksian Pertamaku

Hatiku dag dig dug, namun saat itu aku bertekad tak hanya menceritakan masa laluku dengan narkoba, namun aku akan menguak rahasiaku, saat kecil mengalami pelecehan sekssual oleh 2 orang laki-laki. Saat namaku dipanggil. Tubuhku bergetar hebat. Mengakui masa lalu yang sangat pahit , sangatlah berat. Namun aku ingin doa dari saudara-saudaraku, agar aku sembuh. Aku melangkah maju menuju podium. Suara bisik-bisik, orang-orang mengobrol, berdengung di telingaku.

“Saudara-saudara, tolong diam sejenak. Aku akan mengungkap rahasia hidupku. Selain lepas dari ekstasi, ada kisah lain yang belum pernah aku ungkap,” ujarku. Sekitar 300 orang yang mendengarku, langsung terdiam. Mereka mendengarkan aku bicara selama setengah jam. Begitu usai mereka memelukku. Mereka tak pernah menyangka aku mengalami pelecehan seks di usia sangat muda.

Setelah pengakuan itu, aku merasa suka cita, dadaku terasa plong, bebas. Namun setelah itu aku deg-degan, karena ini pengalaman pertamaku, aku takut respon yang tak mengenakan. Namun setelah kejadian itu, aku jadi lebih ringan. Aku yakin orang-orang itu mendoakan aku, supaya aku sembuh. Mamiku terharu dan bangga melihat keberanianku ini. “Jupiter, kamu luar biasa,” ujarnya. Kupikir, bila aku menebarkan kisahku ini pada lebih banyak orang lagi, artinya akan banyak berkah ditebarkan. Karena aku ingin, kisahku ini jadi pelajaran bagi banyak orang. Kalau aku ini begini akibat orang tua bercerai. Aku ingin gaungkan pada para orang tua untuk mengasihani anak-anak mereka, jangan sampai mereka senasib denganku.

Selama 3 jam aku berdoa pada Tuhan, untuk diijinkan berbicara pada infotainment, yang akan disaksikan penggemarku di seluruh Indonesia. Karena dengan media ini, suaraku akan lebih banyak didengar orang. Setelah aku muncul di sebuah infotainment dengan sebuah pengakuan. Aku pun merasa lega atas kejujuran ini meski sempat deg degan menanti dampak dari munculnya kisahku di infotainment, pasti akan lebih hebat.

Caci Maki dan Dukungan

Benar! Tak berapa lama, wajahku muncul di televisi, telepon genggamku terus berbunyi. Begit jugha SMS. Isinya ada yang menulis, munafik, kurang kerjaan dan cari sensasi. Tentu saja mereka tak menyantumkan nama di sms dengan nomor yang tak kukenal itu.

Tapi, puji Tuhan, lebih banyak yang mendukungku daripada mencaci maki. Demi Tuhan, untuk apa aku cari sensasi. Tapi aku tak peduli dengan tanggapan orang, karena niatku baik. Komunitasku yang anggotanya ada yang mantan pelacur, gigolo, terus menerus mendorongku. Bahkan, ada 3 orang lelaki dengan cucuran air mata mereka bercerita kalau pernah mengalami hal serupa ketika kecil.

Sekarang kesibukanku lebih banyak kutujukan untuk Tuhan. Pagi hingga siang hari aku kuliah biblel, siang hingga sore hari bertemu dengan teman-teman komunitas, malam hari aku berdoa. Aku juga mengajar di Semarang. Tapi, aku tetap menjalani pekerjaanku sebagai artis, beberapa waktu yang lalu, aku syuting untuk FTV.

No comments: